Smart Teen (47): Yesus Sang Juru Selamat ?
Benarkah Yesus Sang Juru Selamat ?
(membedah keimanan umat Kristiani)
“Alkitab ini bisa kita jadikan senjata untuk berdakwah
dengan orang-orang Kristen” kata Pak Insan LS Mokogenta, seorang muallaf peraih
Muallaf Award 2006-2007 / 2011-2012, ketika beliau mengisi kajian Kristologi.
Untuk berdakwa dengan orang Kristen cukup kita menggunakan
Alkitab sebagai dalil atau argumentasi. Karena apabila kita menggunakan
Al-Qur’an atau hadits pasti mereka menolaknya. Meskipun ribuan ayat Al-Qur’an
kita sampaikan tidak akan mereka mempercayainya. Akan mereka tolak
mentah-mentah. Seperti halnya kita apabila dibacakan ayat-ayat dari Alkitab,
pasti kita juga tidak akan mempercayainya. Nah, maka cara yang paling jitu
adalah menggunakan Alkitab yang mereka yakini dan imani kebenarannya sebagai argumentasi
kita. Seolah nanti, Alkitab yang mereka yakini kebenarannya itu akan menjadi
bumerang yang akan menggoyakan keimanan mereka apabila kita mampu memainkannya
dengan baik dan benar.
Di samping saya sekarang sudah ada Alkitab. Kali ini kita
akan sedikit mengkaji tentang apa yang sering didengung-dengungkan oleh
orang-orang Kristen dan juga menjadi keimanan mereka yang tak bisa ditawar,
yakni keyakinan mereka bahwa Yusus Juru Selamat umat manusia. Orang-orang
Kristen sangat menyakini bahwa kematian Yesus di kayu salib adalah dalam rangka
menebus dosa. Dari sini muncul pertanyaan, benarkah Yesus sebagai penebus dosa
atau jurus selamat? Selanjutnya mari kita telusuri dan kita kaji apa yang
sebenarnya terjadi.
Menurut Alkitab, awal-mula dosa adalah akibat Adam memakan
buah terlarang dalam surga. Karena nabi Adam melanggar, memakan buah terlarang
itu, maka sebagai ganjaran dari dosanya adalah maut, kematian. Paulus, yang
saat itu masih tersusupi pemahaman paganisme (penyembah berhala) mempunyai
‘logika bodoh’, menurutnya “kalau darah hewan saja bisa menghapus dosa manusia
apalagi darah atau nyawa seorang Yesus yang sempurna dan tak bercacat”. Logika
ini sebagaimana yang ia sampaikan melalui suratnya pada jemaat di Ibrani:
“Dan Ia (Yesus) telah masuk satu kali untuk selama-lamanya
ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah
anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengn itu Ia telah
mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan
dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka
disucikan secara lahiriya, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang
kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai peresembahan
yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan
yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.” (Ibrani 9:
12-14)
Ajaran penebusan dosa dengan menyembelih hewan ini juga
dilakukan oleh Harun dalam kitab Taurat Musa, sebagaimana yang dijelaskan dalam
Imamat pasal 16 ayat 11:
“Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi
korban penghapus dosa baginya sendiri dan mengadakan pendamaian baginya dan
bagi keluarganya; ia harus menyembeli lembu jantan itu.” (Imamat 16:11)
Masih menurut logika bodoh Paulus, bahwa akibat dosa Adam
memakan buah terlarang membuat seluruh manusia di muka bumi ini ikut
menanggungnya, seperti surat yang ditulisnya kepada jemaat di Roma:
“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh
satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar
kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” (Roma 5:12)
Lebih menarik, menurut penulis Injil Yohanes, karena semua
manusia tak terlepas dari dosa maka perlu diadakan pendamaian dengan Tuhan.
Agar dosa manusia bisa terampuni, maka Tuhan mengutus anaknya yang tunggal,
Yesus, sebagai korban penebusan dosa.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia
telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)
Setelah kita memperhatikan pemaparan logika bodoh Paulus
berserta sura-suratnya yang dikirimkan pada jemaatnya, mungkin kita
bertanya-tanya, “Kok Tuhan selemah itu sih, untuk menebus dosa manusia saja Dia
repot-repot mengorbankan anak-Nya, Yesus untuk disalib? Mana kemahakuasaaan
Tuhan?” seolah Allah tak mampu untuk menghapus dosa manusia, sehingga tak ada
jalan lain selain mengorbankan anak-Nya untuk dibunuh di kayu salib. Bukankah
ini pelecehan? Tuhan kok berkorban untuk manusia, bukannya manusia yang
berkorban untuk Tuhan?
Begitulah ajaran penebusan dosa menurut Paulus dan penulis
injil lainnya. Lalu bagaimana menurut Yesus sendiri, apakah Yesus mengajarkan
tentang penebusan dosa ini? Mari kita simak beberapa perkataan dan
statement dari Yesus berikut ini:
“Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga
anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati kerena
dosanya sendiri.” (Ulangan 24:16)
Menurut ayat ini, setiap orang dihukum karena dosanya
sendiri. Dengan kata lain, dosa ditanggung sendiri-sendiri tidak ditimpakan
pada orang lain yang tak berdosa atau melakukan dosa. Seperti yang tertulis
dalam Yehezkiel, ayat ini juga semakna:
“Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak
akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung
kesalahan anaknya. Orang yang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan
kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.” (Yehezkiel 18:20)
Di sini jelas, bahwa dosa akan ditanggung masing-masing. Dan
mendapat balasan sesuai dengan amal yang dilakukannya. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam Wahyu 2:23
“Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan
mengetahui bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan
membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.” (Wahyu 2:23)
Dan yang melakukan kejahatan, ia akan mendapatkan balasan
dari kejahatan yang ia lakukan.
“.. tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit
untuk dihukum.” (Yohanes 5: 29)
Ayat ini jelas, bahwa Yesus tak pernah mengajarkan ajaran
penebusan dosa. Dan tak pernah mengatakan bahwa dialah yang menanggung semua
dosa manusia. Justru Yesus mengatakan dengan sangat gamblang:
“Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya
diiringi malaikat-malaikatnya; pada waktu itu Ia (Yesus) akan membalas setiap
orang menurut perbuatannya.” (Matius 16 : 27)
Kesimpulan:
Berdasarkan ayat-ayat Alkitab di atas, sangat terang dan
gamblang bahwa Yesus tak pernah mengajarkan penebusan dosa, bahkan dosa
ditanggung masing-masing. Ajaran penebusan dosa sendiri datang dari Paulus dan
penulis injil lainnya bukan dari Yesus!
Ajaran Yesus dalam Alkitab mirip dengan ajaran agama kita:
Islam. Bahwa setiap orang akan menanggung dosanya masing-masing. Yang
mengatakan ini bukan kitab sucinya orang Islam dan juga bukan Firman Allah,
tapi yang mengatakan ini adalah Alkitab mereka sendiri dan Yesus, Tuhan yang
mereka sembah. Ternyata Tuhannya orang Kristen, Yesus tak mengajarkan ajaran
penebusan dosa, dan dia (Yesus) juga mengaku dengan jujur dan polos bahwa dosa
ditanggung masing-masing orang!
Seperti yang ada dalam ajaran Islam, bahwa setiap dosa akan
dintanggung masing-masing, tak bisa ditimpakan pada orang lain.
“Bahwasannya tidaklah seseorang yang berdosa akan menanggung
dosa orang lain. Dan bagi manusia hanyalah apa yang diusahakannya.” (Q.S.
An-Najm : 38 – 39)
“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil orang untuk memikul dosa itu,
tidaklah akan dipikulkan walau sedikitpun, meskipun yang dipanggilnya itu
termasuk kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan itu
hanyalah orang-orang yang takut kepada Tuhannya (sekalipun) mereka tidak
melihat-Nya dan mereka mendirikan shalat. Dan barangsiapa yang menyucikan
dirinya, sesungguhnya dia menyucikan untuk dirinya sendiri. Dan kepada
Allah-lah tempat kamu kembali.” (Q.S. Al-Faathir : 18)
Ada yang perlu ditegaskan, dalam hal ini bukan berarti
ajaran Islam sama dengan Kristen, sesuatu yang mirip belum tentu sama. Ajaran
Islam datang untuk menyempurnakan ajaran para rasul sebelum nabi Muhammad. Dan
meluruskan segala penyimpangan yang terjadi, termasuk di dalam Injil. Hanya
saja, bisa jadi ajaran yang sama dengan Islam itu ajaran Injil sebenarnya
sebelum dirubah oleh tangan-tangan jahil manusia. Seandainya orang-orang
Kristen mau mengamalkan apa yang dikatakan oleh Yesus, seperti ayat-ayat tadi,
penulis yakin perbedaan Islam dan Kristen sangat tipis. Tapi sayangnya,
orang-orang Kristen lebih memilih untuk mengamalkan ajaran Paulus dan penulis
injil lainnya. Anehnya, yang mengamalkan perintah Yesus justru orang-orang
Islam (seperti penebusan dosa di atas salah satunya).

No comments:
Post a Comment